Rabu, 30 Maret 2011

yang setia


untuk unita dan kolina


kenapa selimut itu begitu setia?


tubuh terbungkus

luka terbakar purnama,


mungkin kau lepas waktu

setelah jeda seperti singgah


dan laju, melesat, menggilas usia.


“selimut itu setia menulis sesuatu pada tubuhku” kau berkata

dan parasmu seperti siang menelusup petang,


“kapan kita akan jalan?” sergahku, mungkin tak ada lagi

kelakar itu

di depan pintu

setelah konsolidasi selesai

dan anak-anak asuh

akan angkat sauh.


kertas ranggas.


demam itu saksi, adikku,

dan gigil

adalah getar organ dalam,

barangkali sekedar berkelakar pada kita:

ada yang mesti

kita hayati

dari yang biasa,


barangkali ada takjub

tak termaktub

atau takdir

tak mengalir.


toh semua itu

dua sungai

dari hulu Satu.


selimut itu masih tertinggal, ternyata


kita terima


segala luka

untuk sesuatu yang baka.


2008

Tidak ada komentar: